Dalam SE Menaker tersebut diuraikan bahwa pemberian THR keagamaan di laksanakan dengan ketentuan dari 7 poin di antaranya yang sebagai berikut:
1. THR keagamaan diberikan kepada
a. Pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus-menerus atau lebih.
b. Pekerja/buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) atau perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT).
2. THR keagamaan wajib di bayarkan paling lambat 7 hari sebelum hari raya keagamaan.
3. Besaran THR keagamaan diberikan sebagai berikut:
a. Bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus-menerus atau lebih di berikan sebesar 1 bulan upah.
b. Bagi yang mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus-menerus atau lebih tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional sesuai dengan penghitungan yaitu masa kerja 12 x 1 bulan upah.
4. Bagi pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas upah 1 bulan dihitung sebagai berikut:
a. Pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 12 bulan atau lebih. Upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan.
b.Pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 12 bulan. Upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.
5. Bagi pekerja/buruh yang upahnya di tetapkan berdasarkan satuan hasil maka upah 1 bulan di hitung berdasarkan upah rata-rata 12 bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan.
6. Bagi perusahaan yang menetapkan besaran nilai THR keagamaan dalam perjanjian kerja peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama atau kebiasaan lebih besar dari nilai THR keagamaan sebagaimana nomor 3 di atas, maka THR keagamaan yang di bayarkan kepada pekerja/buruh sesuai dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan perjanjian kerja bersama atau kebiasaan tersebut.
7. THR keagamaan wajib dibayarkan oleh pengusaha secara penuh dan tidak boleh dicicil.
Namun hal tersebut di katakan oleh kepala dinas tenaga kerja dan transmigrasi (Disnakertrans) melalui Kasi mediator hubungan industrial (MHI) M Iqbal, Rabu 12 Maret 2025 pihaknya masih menunggu turunan SE Menaker dari Disnaker Prov Jambi," ujarnya singkat. (ARD)